Berita

PHRI DIY Dukung Food Bank Lumbung Mataraman untuk Salurkan Makanan Berlebih kepada Warga Rentan

Yogyakarta – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan dukungan terhadap program Food Bank Lumbung Mataraman yang diinisiasi Pemerintah Kota Yogyakarta. Program ini bertujuan menyalurkan makanan berlebih yang masih layak konsumsi kepada masyarakat rentan.

“Komitmen ini kita dukung. Anggota PHRI siap membantu semampunya, karena saat ini hotel dan restoran juga harus memperhitungkan biaya produksi makanan,” ujar Ketua PHRI DIY, Dedi Pranowo Ernowo, di Yogyakarta, Kamis (1/5).

Dedi menegaskan, partisipasi pelaku usaha kuliner bersifat sukarela. Namun ia berharap para anggota PHRI di wilayah Kota Yogyakarta dapat ambil bagian dalam menyalurkan makanan berlebih lewat skema yang telah disiapkan pemerintah.

“Dengan adanya food bank ini, makanan berlebih yang masih layak bisa didistribusikan lebih tepat sasaran. Tapi tentu tidak bisa kami paksa, karena masing-masing memiliki kemampuan berbeda,” imbuhnya.

Program Food Bank Lumbung Mataraman merupakan salah satu dari langkah cepat (quick win) 100 hari kerja Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo dan Wakil Wali Kota Wawan Harmawan. Program ini dirancang sebagai bentuk solidaritas sosial berbasis ketersediaan pangan di kawasan perkotaan.

Wali Kota Hasto Wardoyo menyampaikan apresiasi atas dukungan dari PHRI. Ia menyebut Pemkot siap “jemput bola” jika ada makanan sisa yang tidak sempat dikonsumsi di hotel maupun restoran.

“Kami ingin bekerja sama dengan hotel-hotel. Kalau ada makanan yang masih bagus tapi tak tersaji, lewat Food Bank ini kami siap menjemputnya,” ujar Hasto.

Makanan yang terkumpul nantinya akan disalurkan kepada kelompok masyarakat rentan, termasuk lansia prasejahtera, musafir, mahasiswa yang mengalami kesulitan ekonomi, serta janda fakir miskin yang tidak mampu keluar rumah. Total ada sekitar 1.068 warga sasaran di wilayah Kota Yogyakarta.

“Kami tidak ingin merepotkan. Tapi kalau ada makanan berlebih yang masih layak, kami sangat terbuka untuk menerima dan mendistribusikannya,” lanjut Hasto.

Ia menekankan bahwa Lumbung Mataraman di wilayah perkotaan bukan berupa sawah atau ladang seperti di kabupaten sekitar Yogyakarta, melainkan berbasis pada kekuatan solidaritas dan sumber daya manusia.

“Kota ini tidak punya sawah atau gunung. Tapi kami punya manusia dan niat untuk berbagi. Maka program ini menjadi penting,” tutupnya.

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button