Kisah

Kisah Hijrah Mengharu Biru Pemuda Tirai Bambu (Part 2)

*Jika Anda belum membaca Part-1, silahkan menuju ke Kisah Hijrah Mengharu Biru

Terusir dari Rumah

Selama setahun lamanya Fuad (Fuk Meng) luntang-lantung menjadi anak jalanan, setelah terusir dari rumah. Lantaran ketahuan memeluk Islam, pemuda keturunan China itu harus menanggung resiko diusir kedua orang tuanya, yang tidak terima dirinya berpindah keyakinan dari Konfuchu menjadi seorang Muslim.

Fuk Meng yang telah berganti nama muslim menjadi Fuad itu kerap tidur di bengkel tempat pencucian mobil, atau di mesjid.

Setelah lama hidup menggelandang di luar rumah, kedua orang tua Fuk Meng mulai mencari keberadaannya dan menyuruhnya kembali pulang ke rumah.

“Tetapi masalahnya kemudian adalah sulitnya menjaga kesucian di rumah. Itu yang menjadikan saya lebih memilih tinggal di mesjid.” ujarnya kepada UM

Pada artikel lanjutan ini, UM berhasil menguhubungi dan melakukan wawancara dengan ustadz Fuad di sela-sela kesibukannya mengelola pesantren miliknya dan mengurus bisnis golok.

Kembali ke masa kecilnya. Masa-masa awal tersentuh hidayah Islam. Dikisahkannya, bahwa ust. Nur Maulana adalah salah seorang dari sekian banyak ustadz yang membimbingnya ketika itu.

Dari kondisi tidak mengenal sedikitpun tentang Islam, sampai akhirnya bisa menghafal beberapa juz Al Qur’an.

 Kemampuan Menghafal yang Luar Biasa

“Ada sebuah pengalaman luar biasa yang saya sendiri sulit mempercayainya, ketika Allah memberi saya kemudahan dalam menghafal juz pertama dari Al Qur’an hanya dalam tempo 3 hari, dan juz kedua hanya dalam wakti 4 hari, masya Allah itu sungguh seauatu yang luar biasa.” ungkapnya.

Kemampuan luar biasa itu pula yang menjadi perantara dirinya bisa mendaftar ke pesantren An Nahdlah, di tingkat Aliyah dan dibebaskan dari biaya apapun.

Pimpinan pesantren An Nahdlah, KH. Muh. Haritsah yang mengetahui Fuad tidak tinggal lagi bersama kedua orang tua, lalu mengajaknya untuk tinggal di rumahnya selama 4 tahun nyantri di pesantren tersebut.

Karena prestasi belajar Fuk Meng terus menanjak naik, maka KH. Haritsah menyarankan Fuad untuk   melanjutkan pendidikan ke Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar. Baru satu tahun dirinya mengikuti kegiatan perkuliahan di UMI, Fuad mendapat bea siswa ke universitas Al Azhar Cairo di tahun 1996.

Fuk Meng, demikian nama yang tertera pada urutan pertama dari 10 daftar nama mahasiswa yang dinyatakan lulus untuk berangkat ke Al Azhar-Mesir.

Itu untuk pertama kalinya ada seorang warga keturunan China yang lulus  untuk melanjutkan pendidikan di Cairo dengan nilai yang tertinggi pula.

Terkendala Status Kewarganegaraan

Meskipun lulus dengan nilai tertinggi di urutan pertama dari 10 calon mahasiswa yang dinyatakan diterima untuk berangkat ke Cairo Mesir, namun tidak serta merta Fuk Meng dapat segera berangkat.

Masalah kewarganegaraan menjadi kendala yang menyebabkannya terlambat untuk berangkat hingga masa pendaftaran mahasiswa di Universitas Al Ashar dinyatakan telah tertutup.

Namun tekadnya telah bulat. Fuk Meng sangat ingin berangkat. Dia yakin, Allah tidak mungkin membiarkannya gagal. Dirinya merasa yakin dengan banyaknya kemudahan-kemudahan serta karunia yang telah dia peroleh sejak memeluk Islam.

Qodarullah, meskipun  harus menunggu setahun, melalui perantaraan bantuan dari ketua Yayasan UMI, DR.Abdurrahman Basalamah, di tahun 1997, Fuk Meng akhirnya bisa ikut dalam rombongan mahasiswa utusan ke Cairo tanpa harus ikut tes ulang lagi.

Di Negeri Firamida itu, secara formal Fuk Meng menuntut ilmu

di fakultas Syari’ah Islamiyah, sambil berguru secara privat ke Syaikh Usamah Al Qushi, Majdi Arafah, dan para syaikh Ansharussunnah Mesir. Mereka murid-murid dari Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Bin Baz, Al Bani, maupun Muqbil.

Untuk lebih memperdalam pengetahuannya terhadap semua pelajaran yang dia terima, Muhammad Fuad senantiasa membuat ringkasan dari muqarrar atau diktat dari setiap materi yang disampaikan oleh semua dosen dan masyayikh.

Sehingga saat ujian tiba, dia dengan mudah bisa menelaah kembali ringkasan yang telah dia buat. “Alhamdulillah, setiap tahun saya naik ke tingkat selanjutnya. Di tingkat terakhir saya mengalami tashfiyah, yaitu harus mengulangi 2 materi, disebabkan jawaban saya menyelisihi pendapat dosen. Tapi alhamdulillah ujian susulan bisa saya selesaikan dengan baik. Saya lulus dari S1 Al Azhar dengan nilai jayyid pada tahun 2002.” Tulisnya.

Mendirikan dan Mengelola Pesantren Sendiri

Selesai merampungkan studinya di Mesir. Muhammad Fuad kembali ke tanah air, dan sempat mengajar pada sejumlah madrasah dan sekolah di Makassar, sebelum menetap di Magelang, Jawa Barat, bersama isterinya.

Di Magelang, Muhammad Fuad ini mengajar di pondok pesantren/ ma’had Darul Atsar Kedu Temanggung, Jawa Timur. Selama 3 tahun dia mengajar sambil menerjemahkan sekitar 30 judul kitab berbahasa Arab yang diterbitkan oleh beberapa penerbit Salafiyyah, kemudian Fuad bersama isterinya berpindah ke Batam. Di sana, selain aktifitasnya sebagai pendakwah, alumni Al Azhar ini juga membina yayasan Fursanul Haq yang memiliki kegiatan Home Schooling untuk setingkat TK, Tahfizhul Qur’an untuk remaja, dan Pengkaderan Dai untuk dewasa.

Semuanya kegiatan belajar-mengajar itu dia laksanakan di rumah seluas 102 m2, yang sekaligus menjadi tempat tinggalnya.  Kini, Muhammad Fuad bersama isterinya, Endang Widyastutik telah menetap di kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Di kota kelahirannya ini, pasangan ini sama-sama aktif melakukan dakwah dan mengajar. Selain mengajar, pria yang kemudian bernama lengkap Muhammad Fuad Qowwam itu menggeluti sebuah bisnis pembuatan golok.

Banyaknya kaum muslimin yang kurang memperhatikan ketajaman golok dalam melakukan penyembelihan hewan, menjadi perhatian khusus bagi putra dari pasangan Chan Kok Ang dan Tjie A Beng itu.

Hal itu pula yang menjadi alasan mengapa dirinya memilih golok sebagai media bisnis. “Saat ini masih banyak kaum muslimin yang kurang memperhatikan faktor ketajaman parang dalam melakukan penyembelihan, padahal itu juga termasuk sunnah Rasulullah, agar kaum muslimin dalam melakukan pemotongan hewan disyaratkan menajamkan parang atau pisaunya.” ujarnya.(UM)

Show More

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button