PTDI dan BRIN Perkuat Riset untuk Dongkrak Kemandirian Industri Dirgantara Nasional

Jakarta — PT Dirgantara Indonesia (PTDI) bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mempertegas komitmen memperkuat ekosistem industri dirgantara nasional melalui kolaborasi riset dan inovasi berkelanjutan. Sinergi ini diarahkan untuk meningkatkan kemandirian industri, termasuk mendorong kenaikan tingkat komponen dalam negeri (TKDN).
Direktur Utama PTDI Gita Amperiawan mengatakan, dukungan riset dari BRIN menjadi elemen krusial dalam memperkuat daya saing industri dirgantara Indonesia di tingkat global. Menurutnya, kolaborasi riset yang tepat sasaran akan mempercepat penguasaan teknologi strategis.
“Dengan dukungan riset dari BRIN, kami optimistis dapat memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global industri kedirgantaraan,” ujar Gita di Jakarta, Kamis. Dikutip dari antaranews.com
Sebagai satu-satunya industri dirgantara di Asia Tenggara yang memiliki kapabilitas lengkap, mulai dari desain, manufaktur, hingga perawatan pesawat, PTDI terus mengembangkan produk berdaya saing internasional. Selain pesawat N219, PTDI juga telah memasarkan pesawat CN235 dan NC212i ke berbagai negara.
BRIN Dorong Hilirisasi Riset Dirgantara
Komitmen penguatan riset ditegaskan saat Kepala BRIN Arif Satria melakukan kunjungan ke fasilitas produksi PTDI di Bandung, Rabu (24/12/2025). Dalam kunjungan tersebut, Arif menekankan pentingnya keselarasan riset dengan kebutuhan industri agar tidak berhenti pada tahap laboratorium.
“Kita harus memastikan setiap riset di bidang kedirgantaraan memiliki dampak ekonomi dan nilai tambah nyata bagi industri nasional,” kata Arif.
Menurut Arif, PTDI memegang peran strategis sebagai pusat inovasi teknologi tinggi di Indonesia. Karena itu, BRIN akan memberikan dukungan menyeluruh, mulai dari pendanaan riset, pemanfaatan laboratorium bersama, hingga penguatan sumber daya manusia (SDM) periset untuk mempercepat proses hilirisasi inovasi.
N219 Jadi Solusi Konektivitas Wilayah 3T
Salah satu fokus kunjungan tersebut adalah peninjauan perkembangan pesawat N219 Nurtanio, hasil kolaborasi BRIN dan PTDI. Pesawat bermesin ganda ini dirancang khusus untuk menjawab tantangan konektivitas di wilayah terpencil Indonesia.
Arif menilai N219 memiliki keunggulan kompetitif signifikan, terutama kemampuan Short Take-Off and Landing (STOL). Kemampuan ini memungkinkan pesawat beroperasi di landasan pacu terbatas, termasuk yang tidak beraspal.
“N219 mampu beroperasi di landasan pacu yang pendek, kurang dari 800 meter, bahkan yang tidak beraspal. Ini menjadi solusi kunci bagi wilayah seperti pegunungan Papua dan daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T),” ujarnya.
Kolaborasi PTDI dan BRIN diharapkan mampu mempercepat terwujudnya industri dirgantara nasional yang mandiri, berdaya saing global, serta berkontribusi nyata bagi pembangunan dan konektivitas nasional.