Ekonomi Kreatif Jadi Mesin Baru Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Kementerian Ekraf Dorong Penguatan dari Daerah
Jakarta – Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Ekraf) Teuku Riefky Harsya menegaskan sektor ekonomi kreatif menjadi mesin baru pertumbuhan ekonomi nasional yang berangkat dari kekuatan daerah. Hal itu disampaikan dalam forum Prasasti Insights yang digelar di Jakarta, Selasa (23/12/2025).
Forum tersebut menjadi ruang dialog inklusif yang mempertemukan pemerintah dan para pemangku kepentingan untuk menyelaraskan perspektif serta membuka peluang kolaborasi dalam mempercepat kontribusi ekonomi kreatif terhadap perekonomian nasional.
Teuku menyebut ekonomi kreatif sebagai “tambang baru” Indonesia yang bersumber dari potensi lokal setiap daerah. Menurutnya, kekayaan budaya nusantara, dominasi generasi muda sebagai digital native, serta pesatnya transformasi digital menjadi modal utama pengembangan sektor ini.
“Ekonomi kreatif menjadi mesin baru pertumbuhan ekonomi nasional yang dimulai dari daerah. Kementerian Ekraf terus memetakan potensi subsektor unggulan di setiap wilayah dengan kekayaan budaya sebagai sumber identitas dan motivasi,” ujar Teuku dalam keterangan tertulis. Dikutip dari detik.com
Dalam pemaparannya di The Sultan Hotel & Residence, Jakarta, Teuku juga mengungkapkan capaian sektor ekonomi kreatif sepanjang setahun terakhir yang dinilai berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja berkualitas, penguatan kelas menengah, serta peningkatan daya saing Indonesia di tingkat global.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor ekonomi kreatif telah menyerap lebih dari 27,4 juta tenaga kerja atau setara 18,70 persen dari total penduduk usia produktif. Kontribusi tersebut sejalan dengan target pertumbuhan ekonomi nasional menuju 8 persen.
Melalui kerangka Asta Ekraf, Kementerian Ekraf menjalankan program Talenta Ekraf yang berfokus pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia di seluruh subsektor. Program ini mencakup pelatihan keterampilan, penguatan akses pasar, serta pendampingan akses pembiayaan.
“Kami mendorong pelaku ekonomi kreatif untuk naik kelas, dari tingkat nasional hingga mampu bersaing di pasar global,” kata Teuku.
Sementara itu, Executive Director Prasasti, Nila Marita, menilai penguatan ekonomi kreatif membutuhkan ruang dialog kebijakan yang inklusif, terstruktur, dan berorientasi pada solusi. Menurutnya, Prasasti Insights menjadi fondasi awal dalam merumuskan kebijakan ekonomi kreatif yang lebih terarah.
Ia mengapresiasi konsistensi Kementerian Ekraf dalam menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi kreatif Indonesia harus berakar dari daerah. “Kekuatan ekonomi kreatif nasional bersumber dari keragaman lokal, talenta daerah, dan ekosistem kreatif yang tumbuh di berbagai wilayah,” ujarnya.
Berdasarkan kajian Prasasti dan data BPS, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor ekonomi kreatif tercatat mencapai 5,69 persen, dengan nilai ekspor menembus US$ 12,89 miliar atau melampaui target 2025. Capaian tersebut mencerminkan besarnya potensi ekonomi kreatif Indonesia di tengah dinamika ekonomi global.
Board of Advisors Prasasti, Burhanuddin Abdullah, menilai Indonesia memiliki keunggulan yang sulit direplikasi negara lain, yakni kekayaan budaya yang orisinal dan kreativitas berbasis identitas lokal.
“Ekonomi kreatif Indonesia menawarkan diferensiasi nilai yang kuat, berbasis narasi, identitas, dan inovasi lokal, sehingga relevan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi nasional,” ujarnya.
Acara dilanjutkan dengan diskusi panel yang membahas perspektif pemerintah dan pemangku kepentingan terhadap perkembangan industri kreatif. Diskusi dipandu Policy and Program Director Prasasti, Piter Abdullah, serta menghadirkan Director of Digital Economy CELIOS Nailul Huda yang menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat sipil.
Dalam kegiatan tersebut, Menteri Ekraf turut didampingi jajaran pimpinan Kementerian Ekraf, perwakilan asosiasi, akademisi, dan media massa.