USAHAMUSLIM.ID, PALOPO – Bila kita menyaksikan pengusaha-pengusaha besar dengan sederet bisnisnya yang melejit, jangan menyangka mereka langsung bisa sesukses yang kita saksikan saat ini. Di balik kesuksesan mereka, ada serangkaian perjalanan panjang yang telah mereka tempuh, entah berapa kali mereka mengalami jatuh-bangun, bangkrut, pailit dan berdarah-darah, hingga akhirnya bisa meraih keberhasilan yang gilang-gemilang seperti yang kita saksikan saat ini.
Sebuah perjuangan yang membutuhkan proses yang panjang dan tidak sebentar serta tidak mudah.
Kali ini kita akan menengok kisah perjuangan seorang pengusaha property di kota Palopo, yang sukses setelah menjajal berbagai macam jenis usaha, yang kesemuanya gagal dan gulung tikar, bahkan menyebabkan dirinya terlilit hutang yang sangat besar.
Sebuah kisah yang akan menyadarkan kita bahwasanya untuk meraih kesuksesan kita butuh kesabaran dan ketegaran dalam menjalani “proses”. Kita butuh keistiqomahan dalam menapaki langkah demi langkah untuk meraih kesuksesan itu.
Dia adalah Herman Pauzeri, mantan pegawai Bank yang karena alasan ingin mencari pekerjaan yang syar’i, dirinya memutuskan untuk resign dari posisinya sebagai Analis Kredit yang telah dia duduki selama 10 tahun itu, dan memilih bekerja mandiri sebagai pengusaha property.
“Sebenarnya saya tidak langsung menggeluti usaha property itu, sebab basic saya sama sekali tidak ada di bangunan apalagi yang namanya proyek, saya sempat mencoba banyak jenis pekerjaan sebelum terjun ke properti. Mulai dari fotocopy, warnet, warung makan, resto. Semuanya sukses…he he sukses ditutup alias bangkrut. Hingga saya menanggung hutang sebesar Rp 2 M di Bank, sebagai akumulasi kerugian dari usaha-usaha yang bangkrut dan biaya sewa ruko. Gaji saya sebagai pegawai biasa tidak mampu menutupi hutang sebesar itu. Saat itulah saya merasa berada di titik terendah dalam kehidupan saya. Usaha belum menampakkan hasil ,malah dililit hutang yang tinggi, “kenangnya.
Di tengah keterpurukan dan terseok-seok berusaha melanjutkan salah satu usahanya yang tersisa, yakni menjual nasi bungkus, tiba-tiba salah seorang kawannya yang memiliki sebidang lahan di jantung kota Palopo itu menawarkan kerjasama untuk membangun ruko. Tanpa pikir panjang Herman Pauzeri mengiyakan tawaran tersebut. Padahal waktu itu dirinya tidak memiliki dana yang cukup, tidak memiliki basic sebagai pekerja bangunan, juga tidak pernah bekerja di proyek, tiba-tiba ditawari sebidang tanah untuk dibangunkan bangunan ruko.
Namun karena berhubung situasi perekonomian keluarganya yang saat itu memang benar-benar sedang dalam kesusahan, maka dengan mantap ia menerima tawaran tersebut.
“Saya lulusan sarjana peternakan IPB Bogor, tidak punya pengalaman mengerjakan proyek, tapi saya merasa inilah jalan pertolongan Allah dari keterpurukan, dan saya harus menyambutnya. Waktu itu saya punya sisa tabungan dari usaha warung nasi, tidak banyak, kurang dari Rp 4 juta, saya gunakan untuk membuat baliho besar, bertuliskan bahwa di sini akan segera dibangun tiga petak ruko berlantai dua. Gambar rukonya saya ambil dari google. Masih ada sedikit uang saya pakai beli batu dan pasir ditumpuk saja dulu di lokasi, untuk menunjukkan kepada orang bahwa benar ada kegiatan pembangunan ruko di tempat itu,” cerita pria kelahiran Lubuk Linggau, Palembang, Sumatera Selatan itu.
Al hasil, tak lama setelah Herman memasang baliho dan menumpuk material di lokasi proyek perdananya di jalan Sudirman, jantung kota Palopo itu, datanglah wanita Chinese, seorang pengusaha meubel dari Daerah Tomoni yang langsung memesan dua dari tiga petak ruko yang saat itu masih berupa onggokan material.
Pengusaha meubel tersebut langsung membayar 20 persen dari harga ruko sebagai uang muka. Dari uang itulah Herman mengurus AJB Sertifikat, menyewa arsitek untuk mendesain gambar ruko, mengurus izin, membuat pondasi bangunan serta dinding.
“Saya memasang target, sebelum dana yang saya pegang itu habis, maka sertifikat bangunan itu sudah harus beres dan sudah harus di tangan saya, guna dijadikan sebagai jaminan untuk mengajukan kredit di Bank. Cukup lama saya bergerilya dari bank syariah satu ke bank syariah yang lain, semua pimpinan Bank tak ada yang percaya. Padahal saya datang dengan menggunakan seragam Bank tempat saya bekerja. Alasan saya mengajukan pinjaman ke Bank Syariah, karena Bank tempat saya bekerja ketika itu bukan termasuk Bank Syariah. Tapi mereka tidak percaya. Masak seorang pegawai bank mau ambil kredit bangun ruko tiga petak,” ujarnya menirukan jawaban pihak bank yang menolak permohonan kreditnya.
Dalam kondisi hampir menyerah itu, tiba-tiba sebuah lembaga Bank yang menganut sistem syariah datang membuka cabang baru di kota Palopo. Ke sanalah Herman Pauzeri mengajukan permohonan kreditnya dan langsung disetujui, sehingga proyek pembangunan ruko tiga petaknya bisa segera dimulai dan berlanjut hingga berhasil rampung hanya dalam jangka waktu enam bulan pengerjaan, dengan laba bersih mencapai lebih setengah miliyar.
“Seumur-umur saya bekerja, baru kali itu saya mendapatkan laba bersih Rp 600 juta hanya dalam jangka waktu 6 bulan. Ketika sebelumnya saya sempat hampir stress, sebelum pertolongan Allah Subhana Wa Ta’ala datang di saat-saat kritis dan waktu yang paling tepat itu, Pak. Sebagai wujud rasa syukur, saya langsung mengajak Kakak dan isteri untuk berangkat umroh. Dan di depan Baitullah itulah saya baru mendapatkan izin dari isteri untuk keluar dari Bank tempat saya bekerja. Jawaban yang telah empat tahun lamanya saya tunggu-tunggu. Setelah resign di tahun 2012 itu, saya pun memfokuskan diri dalam menjalankan bisnis property dengan nama PT. PAUZERI LINGGAU PROPERTI.” Pungkasnya.
Pertemuannya dengan kawan akrab di Lapangan Tennis Palopo, yang mengajaknya bekerjasama membangun ruko itulah kilas balik kesuksesan dari Herman Pauzeri. Di bawah bendera PT. Pauzeri Linggau Property itulah dia mengepakkan sayap bisnisnya dengan membangun sejumlah proyek perumahan di kota Palopo, yang antara lain: Griya Binturu Palopo, Griya Sitrah Palopo, Pauzeriland Bandara Maros, Griya Sitrah-2 Palopo yang saat ini sedang dalam on progres.
Khusus untuk yang terakhir ini, meski baru berjalan dua bulan, namun jumlah unit yang terjual telah mencapai 25 persen atau 18 unit dari total 71 unit yang akan dibangun, yang kesemuanya merupakan perumahan yang full subsidi. (UM)