Lima Negara yang Berlomba Menjadi Pusat Industri Halal Dunia
Industri halal kini bukan lagi sekadar urusan agama. Ia telah menjelma menjadi kekuatan ekonomi global bernilai triliunan dolar. Menurut State of the Global Islamic Economy Report 2024/2025, belanja konsumen Muslim dunia mencapai USD 2,4 triliun pada 2023 dan diperkirakan melonjak menjadi USD 3 triliun pada 2028. Angka ini belum termasuk sektor keuangan syariah yang nilainya hampir USD 5 triliun dan terus menunjukkan tren positif.
Dengan skala sebesar itu, ekonomi halal kini menjadi salah satu poros penting yang memengaruhi arah ekonomi dunia. Tak heran jika berbagai negara berlomba untuk menjadi pusat industri halal global dengan strategi unggulan masing-masing. Berikut lima negara yang menonjol dalam persaingan tersebut.
1. Malaysia: Role Model Sertifikasi Halal Dunia
Malaysia kerap disebut sebagai pionir industri halal global. Keunggulan utamanya terletak pada standar sertifikasi halal yang diakui internasional, di bawah otoritas Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM). Sertifikat halal dari Malaysia memiliki reputasi kuat dan dipercaya di banyak negara.
Selain unggul dalam sertifikasi, Malaysia juga sukses mengembangkan ekosistem industri halal melalui Halal Industry Development Corporation (HDC). Pemerintah mendukung penuh pembangunan kawasan industri halal, promosi investasi asing, hingga kolaborasi global lewat Mutual Recognition Arrangement (MRA), yaitu kesepakatan antarnegara untuk saling mengakui sertifikasi halal.
Konsistensi kebijakan dan dukungan kelembagaan membuat Malaysia tetap menjadi tolok ukur utama dalam industri halal dunia.
2. Indonesia: Raksasa Kreatif dengan Potensi Besar
Meski masih tertinggal dalam pengakuan sertifikasi halal internasional, Indonesia punya kekuatan besar di sektor ekonomi kreatif halal, terutama modest fashion. Menurut laporan State of the Global Islamic Economy (SGIE) 2024/2025, Indonesia menempati peringkat pertama dalam kategori busana Muslim global.
Selain itu, Indonesia juga tengah gencar memperkuat ekosistem halal melalui Masterplan Ekonomi Syariah Nasional, yang mencakup sektor makanan halal, kosmetik halal, dan pariwisata ramah Muslim.
Dengan status sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, potensi Indonesia untuk menjadi pusat industri halal global sangat besar. Tantangan utamanya kini adalah memperkuat standar sertifikasi halal agar diakui lebih luas di tingkat internasional.
3. Uni Emirat Arab (UEA): Hub Perdagangan dan Logistik Halal
Berbeda dari Malaysia dan Indonesia, UEA memilih jalur perdagangan dan logistik sebagai tumpuan utamanya. Berkat posisi strategis di kawasan Timur Tengah, negara ini menjadikan Dubai sebagai pusat distribusi halal dunia.
Pemerintah UEA juga aktif menggelar berbagai acara internasional seperti Dubai Expo dan Halal Expo Dubai, sekaligus memperluas kerja sama ekonomi melalui Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) — perjanjian dagang komprehensif yang membuka akses pasar halal lebih luas.
Dukungan infrastruktur kelas dunia membuat UEA tumbuh cepat sebagai pemain utama dalam rantai pasok industri halal global.
4. Turki: Kekuatan Perdagangan dan Gaya Hidup Halal
Turki memiliki peran penting dalam perdagangan halal antarnegara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OIC). Menurut laporan SGIE 2024/25, hanya tiga negara OIC yang berhasil masuk 10 besar eksportir halal sesama negara Muslim: Turki, UEA, dan Indonesia — dengan nilai ekspor mencapai USD 46,1 miliar.
Selain kuat di sektor ekspor, Turki juga menonjol dalam pariwisata ramah Muslim. Negara ini termasuk lima besar destinasi Muslim-Friendly Travel dunia bersama Malaysia, Indonesia, Arab Saudi, dan UEA.
Tak hanya itu, gaya hidup halal di Turki terus berkembang. Brand kosmetik lokal seperti Joseph Shining mulai menembus pasar global, memperkuat posisi Turki sebagai salah satu pusat gaya hidup halal dunia.
5. Arab Saudi: Transformasi Menuju Pusat Gaya Hidup Halal
Arab Saudi kini tengah melakukan transformasi besar-besaran lewat Vision 2030. Salah satu fokus utamanya adalah mengembangkan industri halal — mulai dari pariwisata ramah Muslim, logistik halal, hingga produk busana dan gaya hidup Muslim lokal.
Langkah ini menjadi bukti perubahan besar. Jika dulu Arab Saudi lebih dikenal sebagai tujuan ibadah haji dan umrah, kini kerajaan itu ingin tampil sebagai motor baru gaya hidup halal global.
Didukung sumber daya finansial yang kuat dan posisinya sebagai pemimpin dunia Islam, Arab Saudi punya peluang besar untuk menjadi salah satu poros utama dalam ekosistem halal modern.
Arah Baru Ekonomi Halal Dunia
Persaingan kelima negara ini menunjukkan bahwa industri halal bukan sekadar ajang ekonomi berbasis agama, tetapi juga arena strategis dalam ekonomi global modern.
Masing-masing negara punya keunggulan dan fokus berbeda — Malaysia di sertifikasi, Indonesia di ekonomi kreatif, UEA di logistik, Turki di perdagangan, dan Arab Saudi di gaya hidup halal.
Namun arah ke depan tak hanya soal siapa yang tercepat menjadi pusat industri halal dunia. Yang lebih penting adalah bagaimana kolaborasi antarnegara mampu memperkuat ekosistem halal global agar lebih inklusif dan berkelanjutan.
Dengan permintaan produk dan layanan halal yang terus meningkat, industri ini akan menjadi motor penggerak utama ekonomi global masa depan — sekaligus peluang besar bagi dunia Islam untuk menunjukkan peran positifnya dalam ekonomi dunia.
